Thursday, December 28, 2017

PRAGMATISME DALAM FILSAFAT ALIRAN

PRAGMATISME
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Aliran
Dosen Pengampu :


Disusun Oleh :
Rio Nugraha                            11510100
Siti Cahyati                             1151010064



PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulilahirabbil alamin. Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Atas berkatNya makalah Pragmatisme untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ALIRAN ini dapat selesai disusun dengan segala kekurangannya, semoga pesan yang ingin disampaikan tersampaikan untuk menambah pengetahuan bagi para pemapar, pendengar maupun pembaca.
Kami penyusun menerima segala saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.


Bandung,   April 2017


Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN
                    
A.                LATAR BELAKANG

Filsafat adalah ilmu yang berkembang hingga sekarag, kiprah ilmunya sampai saat ini memasuki dunia modern, Filsafat memiliki aliran yang masing-masing memiliki perananya seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, dan juga pragmatisme, dll. Disini yang akan dipaparkan adalah mengenai filsafat pragmatisme.  Segala sesuatu yang bermanfaat dan bernilai maka akan kita miliki, sesuatu itu akan kita lakukan dan kerjakan, dan inilah yang kita cari bagaimana nilai pragmatis dari sesuatu yang akan kita lakukan ataupun kita miliki.
Pragmatis

B.                 RUMUSAN MASALAH

Apa itu pragmatisme?
Siapa sajakah tokoh pragmatisme?
Apa teori yang disampaikan para tokoh pragmatisme?



C.                TUJUAN

Untuk mengetahui pengertian pragmatisme;
Untuk mengetahui siapa sajakah tokoh aliran filsafat pragmatisme;
Untuk mengetahui teori atau gagasan yang disampaikan oleh tokoh pragmatisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pragmatisme
Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi dalam pengertian yang paling luas yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan namun yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuka tersebut penekanan ditambahkan, itu merupakan pengertian pragmatik dalam cakupan bahasa[1].
Istilah Pragmatisme  berasal dari kata Yunani pragma yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.
Pragmatisme berusaha untuk menengahi antra tradisi empiris dan tradisi idealis, dan menghubungkan hal yang sangat berarti dalam keduanya. Pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai-nilai kebenaran.
B.     Tokoh-tokoh aliran pragmatisme
1.      Charles S. Pierce
Charles S. Pierce, yang terkenal sebagai pendiri pragmatisme, mendapat pengaruh dari Kant dan Hegel. Pierce mengatakan bahwa problema-problema termasuk persoalan-persoalan metafisik dapat dipecahkan jika kita memberi perhatian kepada akibat-akibat praktis dari mengikuti bermacam-macam pikiran. Orang mengatakan bahwa pragmatisme muncul pada tahun 1878 ketika Pierce menerbitkan makalanya yang berjudul How To Make Our Ideas Clear. Pierce merupakan seorang ahli logika yang mementingkan problema teknis dari logika dan epistemologi serta metoda sains dalam laboratorium. Perhatiannya dalam logika mencakup penyelidikan sistem deduktif, metodologi dalam sains empiris dan filsafat yang ada di belakang metoda dan teknik yang bermacam-macam. Logikanya mencakup teori alamat (signs dan symbols) dan karyanya dalam hal tersebut merupakan karya perintis. Pierce berhasrat untuk mendirikan filsafat atas dasar ilmiah dan untuk menganggap teori-teori sebagai hipotesa yang berlaku. Ia menamakan pendekatan-pendekatannya itu pragmatisme. Salah satu sumbangan Pierce yang paling penting bagi filsafat adalah teorinya tentang arti. Pada hakekatnya ia membentuk satu dari teori-teori modern tentang arti dengan mengusulkan suatu teknik untuk menjelaskan pikiran
Empirisme Pierce lebih bersifat intelektual daripada voluntaris (segi kemauan); ini berarti bahwa ia menekankan kepada intelek dan pemahaman lebih daripada kemauan dan aktivitas. Dengan begitu maka ia tidak menekankan kepada rasa indrawi atau kemauan seperti yang dilakukan oleh bentuk-bentuk terakhir dari pragmatisme umum. Di satu pihak, Pierce bersifat kritis terhadap intuisionisme dan prinsip-prinsip a priori. Walaupun ia setuju dengan sebagian dari pandangan-pandangan a priori, ia tidak menyetujui pandangan yang mengatakan bahwa empirisme memerlukan pengingkaran terhadap kemungkinan metafisik[2].
2.      William James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.  salah seorang tokoh pragmatisme Amerika. Untuk menggambarkan epistemologi praagmatisnya. Empirisme radikal berbeda dengan empirisme klasik dan modern yangmengakui kebenarn yang objekti dan stabil.
James membedakan 2 model atau kondisi filsafat , yaitu (1) Tender minded, lemah, lunak dan (2) Tough Minded filsafat keras, kuat yang termasuk kedlam tender minded rasionalisme, intelektualisme, monistis, religius, dinamis dan indeterminis sedangkan yang termasuk dalam tough mided empirisme, sensasionalisme, materialisme, pluralis, profan, skeptis kemudian james mengemukakan pragmatisme merupakan perpaduan ataujalan tengah dari dua kecenderungan itu[3]
Karya-karyanya antara lain, The Principles of Psychology (1890), The Will to Believe (1897), The Varietes of Religious Experience (1902) dan Pragmatism (1907). Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
3.      John Dewey (1859-1952 M)
Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.













BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasaYunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatism adalah William James dan John Dewey.
Seperti dengan aliran-aliran filsafat pada umumnya, pragmatism juga memiliki kekeliruan sehingga menimbulkan kritik-kritik terhadap aliran filsafat ini. Kekeliruan pragmatism dapat dibuktikan dalam tiga tataran pemikiran: (1) kritik dari segi landasan ideology pragmatisme, (2) kritik dari segi metode pemikiran, dan (3) kritik terhadap pragmatism itu sendiri.








[1] Pragmatik sebuah perspekti multidislipiner, Louise Cummings, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,Hal 2
[2]5Bmateri.5d_bab4_Filsafat Pragmatisme.pdf Hal 31-32
[3] Akhyar Yusuf Lubis. 2014. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal 135

No comments:

Post a Comment